Sabtu, 30 April 2011
Identitas Adalah Klenik yang Sangat Temporer(i)
Diposting oleh
ayo Indonesia
Kasus Pancasila dan lubuk sikap budaya kemanusiaan menunjukkan bahwa sejarah kebudayaan selalu merupakan proses berbagi. Tema orisinalitas dan tanda identitas menjadi amat relatif. Dalam keadaan ini kita temukan seolah yang paling kebudayaan ialah dimensi-dimensi kedalaman. Tetapi roh dalam itu sendiri universal, bahkan berdimensi (dari dan menuju) transendental.
Kita mungkin akan menyebut masyarakat Baduwi atau Amish Society untuk pemihakan kepada keaslian kebudayaan. Padahal itu bukan kasus kebudayaan seperti yang dimaksud oleh standar pengertian kebudayaan yang biasa kita maksudkan, melainkan kasus dunia dalam sikap rohani, prinsip religousitas, pola tertentu dari ketakwaan dan keimanan.
Kalau umpamanya kita ambil sudut pandang bahwa kebudayaan ialah kepribadian masyarakat. Kita mengerti keduanya tidak lahir dan tumbuh secara ekslusif dan otonom. Kebudayaan selalu berupa hasil pergaulan, saling memberi dan meminta, antar individu, antar kelompok masyarakat. Kita tidak akan pernah bisa menghentikan individu sebagai individu itu sendiri sepenuhnya, apalagi kalau kita percaya seseorang lahir dari dan karena orang lain, engkau ada karena yang lain karena ada. Demikian pula kedudukan setiap masyarakat, apabila kita bayangkan ia sebagai individu. Kepribadian individu masyarakat terbentuk ketika dan karena pernah meminta dan memberi.
Proses saling berbagi itu berlangsung dalam berbagai konstelasi masyarakat-masyarakat, individu-masyarakat, bahkan Tuhan-individu-masyarakat, dst. Di Indonesia struktur kekuasaan yang jelas berupa negara-masyarakat-individu. Urutan itu menunjukkan tingkat besarnya kekuasaan. Kekuasaan negara yang besar atas masyarakat dan individu mencerminkan-misalnya-sistem dan kultur politik di mana daya tawar-menawar masyarakat dan individu rendah. Meningkatnya daya tawar-menawar itu hanya dimungkinkan jika sebuah individu merangkak naik bergabung ke dalam individu negara. Meningkatnya daya kekuasaan masyarakat paralel dengan berlaku tidaknya mekanisme demokrasi.
Kekuasaan masyarakat atas individu muncul dalam kuatnya kontrol masyarakat atas individu. Batas antara lingkar urusan sosial dan urusan pribadi tak jelas. Pribadi masyarakat sangat ikut campur pada individu pribadi. Ketika kita pacaran dengan mahasiswi kost di kampung itu, kita berlaku sebagai pribadi individu yang melawan pribadi masyarakat yang mewajibkan kita pulang sebelum jam sepuluh malam dalam keadaan utuh. Ketika kita menjadi petugas Siskamling dan menangkap basah muda-mudi yang hampir berzina di paviliun sebelah itu, kita berlaku sebagai pribadi masyarakat. Atau bisa juga ketika menangkap itu sebenarnya kita berlaku sebagai pribadi individu, ialah karena cewek itu sesungguhnya kita senangi tapi diambil pemuda yang lebih terpelajar dan dibekali Bapaknya, Jimmy yang masih kincling-kincling.
Individu dan masyarakat kita masih sedang belajar untuk berbagi. Individu menawarkan demokrasi dan mungkin liberalisme, masyarakat menyodorkan hukum moral, kesehatan akhlak, atau bukti kebutuhan individu terhadap pendidikan dan kontrol masyarakat.
Kita mungkin akan menyebut masyarakat Baduwi atau Amish Society untuk pemihakan kepada keaslian kebudayaan. Padahal itu bukan kasus kebudayaan seperti yang dimaksud oleh standar pengertian kebudayaan yang biasa kita maksudkan, melainkan kasus dunia dalam sikap rohani, prinsip religousitas, pola tertentu dari ketakwaan dan keimanan.
Kalau umpamanya kita ambil sudut pandang bahwa kebudayaan ialah kepribadian masyarakat. Kita mengerti keduanya tidak lahir dan tumbuh secara ekslusif dan otonom. Kebudayaan selalu berupa hasil pergaulan, saling memberi dan meminta, antar individu, antar kelompok masyarakat. Kita tidak akan pernah bisa menghentikan individu sebagai individu itu sendiri sepenuhnya, apalagi kalau kita percaya seseorang lahir dari dan karena orang lain, engkau ada karena yang lain karena ada. Demikian pula kedudukan setiap masyarakat, apabila kita bayangkan ia sebagai individu. Kepribadian individu masyarakat terbentuk ketika dan karena pernah meminta dan memberi.
Proses saling berbagi itu berlangsung dalam berbagai konstelasi masyarakat-masyarakat, individu-masyarakat, bahkan Tuhan-individu-masyarakat, dst. Di Indonesia struktur kekuasaan yang jelas berupa negara-masyarakat-individu. Urutan itu menunjukkan tingkat besarnya kekuasaan. Kekuasaan negara yang besar atas masyarakat dan individu mencerminkan-misalnya-sistem dan kultur politik di mana daya tawar-menawar masyarakat dan individu rendah. Meningkatnya daya tawar-menawar itu hanya dimungkinkan jika sebuah individu merangkak naik bergabung ke dalam individu negara. Meningkatnya daya kekuasaan masyarakat paralel dengan berlaku tidaknya mekanisme demokrasi.
Kekuasaan masyarakat atas individu muncul dalam kuatnya kontrol masyarakat atas individu. Batas antara lingkar urusan sosial dan urusan pribadi tak jelas. Pribadi masyarakat sangat ikut campur pada individu pribadi. Ketika kita pacaran dengan mahasiswi kost di kampung itu, kita berlaku sebagai pribadi individu yang melawan pribadi masyarakat yang mewajibkan kita pulang sebelum jam sepuluh malam dalam keadaan utuh. Ketika kita menjadi petugas Siskamling dan menangkap basah muda-mudi yang hampir berzina di paviliun sebelah itu, kita berlaku sebagai pribadi masyarakat. Atau bisa juga ketika menangkap itu sebenarnya kita berlaku sebagai pribadi individu, ialah karena cewek itu sesungguhnya kita senangi tapi diambil pemuda yang lebih terpelajar dan dibekali Bapaknya, Jimmy yang masih kincling-kincling.
Individu dan masyarakat kita masih sedang belajar untuk berbagi. Individu menawarkan demokrasi dan mungkin liberalisme, masyarakat menyodorkan hukum moral, kesehatan akhlak, atau bukti kebutuhan individu terhadap pendidikan dan kontrol masyarakat.
Lha Baduwi dan Amish berbagi dengan siapa?
Mungkin dengan penghayatan mereka terhadap alam, Tuhan, individu dan masyarakat lingkar mereka sendiri. Mungkin mereka berkata: "Tuhan tidak bertanya kamu pakai baju apa, pernah bikin musik eksperimen atau tidak, tetapi apakah kami mendorong kehidupanmu kepada-Nya". Atau, "Tuhan bisa saja peduli kepada pesawat Columbiamu atau rekor-rekor internasionalmu, tetapi yang ditanyakan bukanlah kecanggihan teknologi dan prestasimu, melainkan nilai apa yang kau berikan kepada pekerjaan itu". Artinya, tak penting apapun saja model kebudayaan yang dibangun, tapi ia bermakna apa bagi kehidupan.
Yang manakah yang lebih kebudayaan bangunan budayanya ataukah pemberian maknanya? Seorang Kiai akan bilang, "Terserah engkau akan berperilaku budaya seperti apapun atau berkarya budaya sedakik apapun, tetapi yang menjadi pokok kebudayaan manusia sebenarnya ialah apakah karya dan perilaku tersebut bisa menjadi perangkat dan penyemangat ketakwaanmu. Kalau engkau memandang karya sebagai karya itu sendiri, sebenarnya itu adalah kapasitas penyembahan berhala."
Jadi untunglah kita sudah senantiasa memaparkan bahwa syarat pertama untuk menjadi menteri, anggota DPR, padagang, tukang bakso, sinden maupun petinju, ialah bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kalau pembicaraan mengenai kebudayaan pada akhirnya tak bisa mengelakkan diri dari dimensi-dimensi kedalaman, yang universal dan mungkin transendental, maka tampak betapa relatifnya standar-standar yang selalu kita pakai dalam membincangkan kebudayaan. Dengan penuh kekhusukan kita selalu merindukan Film yang Indonesia, Kritik sastra yang Indonesia, Sistem ekonomi yang Indonesia, Ilmu Sosial yang Indonesia bahkan Sepakbola yang Indonesia.
Sumber : Emha Ainun Nadjib (Jogja Indonesia Pulang Pergi)
Label:
Iseng
Blog Archive
-
▼
2011
(496)
-
▼
April
(41)
- Identitas Adalah Klenik yang Sangat Temporer(i)
- Mengapa Berlangganan Artikel iItu Penting?
- Apakah Uang Dari Internet Itu Nyata?
- Kenapa Backlink Itu Penting?
- Google Mudahkan Transfer Video ke YouTube
- Laki-Laki Buta Separuh Baya Di Heningnya malam
- Arti Award Blog Bagi Saya
- SEO dan Manfaatnya Bagi Blog
- Apakah Anda Adalah Orang Yang Dapat Dipercaya?
- Cara Membuat Blog Yang Menarik
- Bagaimana Membuat Blog Yang Menarik?
- Left And Right Hidden Chatbox Etc On your Blog
- Mengapa Harus Memberikan Komentar?
- Link Popularity
- Cara Cek PageRank Dengan Google Toolbar
- Permasalahan Memasang Iklan PPC Indonesia
- Beberapa Tips Mendapatkan Uang dari Blog
- Bagaimana Menyiapkan Mental Untuk Bisnis Online
- Haruskah Membuat Blog Menghasilkan Uang?
- Pengalaman Blokwalking Bersama Temen-Temen Blogger...
- Tips Mengatasi Kebosanan Aktivitas Blogging
- Tolong Kasih Judul Untuk Artikel Ini
- The Nation Of Tempe
- Menambah Elemen Di Bawah Sidebar
- Membuat Recent Post Berdasarkan Kategori
- Pentingnya Rasa Gengsi dan Harga Diri
- Tools Online Presented By p4r46hcyb3rn3t
- Membuat Recent Comment di Blog
- Anggota DPR Nonton Film Porno, Arifinto: Jangan-Ja...
- Baca Aja, Jangan Berkomentar
- Jangan Dibaca Nggak Penting 2 [Tuhan Disaingi Manu...
- Jangan Dibaca Nggak Penting
- Script Tulisan Terbalik - Flip Text Generator Script
- Cara merubah background Google Mail "Gmail Themes"
- Chaiyya! Anggota Brimob Nyanyi Lagu India
- Mencontek Apa Adanya
- Hadiah Untuk Seorang Guru
- Cara mengetahui url download di IDWS - script IDW...
- Jika Manusia Bertemu Dengan Dirinya Sendiri
- Youtube Hack category 18+
- Script jQuery color picker and YUI Color Picker ( ...
-
▼
April
(41)